Pemilu AS 2024 menjadi sorotan global karena hasilnya akan sangat memengaruhi kebijakan luar negeri dan dinamika geopolitik dunia. Sebagai salah satu kekuatan terbesar di dunia, kebijakan luar negeri AS memiliki dampak yang luas, baik terhadap negara-negara besar maupun kecil, serta berperan penting dalam memengaruhi stabilitas politik dan ekonomi global. Pemilu yang akan berlangsung pada November 2024 ini diprediksi akan menghasilkan perubahan signifikan, tergantung pada siapa yang memimpin negara adidaya tersebut dalam lima tahun ke depan.
Dinamika Pemilu AS 2024
Pemilu AS 2024 merupakan ajang pertarungan politik antara calon dari partai Demokrat dan Republik. Dengan berbagai isu utama yang akan menentukan arah kebijakan luar negeri AS di masa depan. Dalam hal ini, kebijakan luar negeri akan menjadi salah satu isu sentral yang banyak perbincangkan oleh para calon presiden dan wakil presiden. Beberapa isu yang akan menjadi sorotan utama dalam Pemilu 2024 antara lain hubungan AS dengan China. Kebijakan terhadap Ukraina, kesepakatan iklim internasional, serta peran AS dalam organisasi global seperti PBB dan NATO.
Jika kandidat dari Partai Demokrat, seperti Presiden Joe Biden yang kemungkinan besar akan mencalonkan diri kembali, kembali terpilih. Kebijakan luar negeri AS mungkin akan mempertahankan pendekatan multilateral dan diplomasi internasional yang lebih inklusif. Biden telah menegaskan komitmennya untuk mengembalikan AS ke posisi pemimpin global yang aktif dalam menyelesaikan tantangan global, termasuk perubahan iklim dan pandemi. Sementara itu, jika calon dari Partai Republik, seperti mantan Presiden Donald Trump atau kandidat lainnya yang lebih konservatif, terpilih. Kemungkinan besar kebijakan luar negeri AS akan bergeser menuju pendekatan yang lebih nasionalis dan isolasionis. Dengan fokus pada kepentingan domestik dan mengurangi keterlibatan AS dalam aliansi internasional.
Dampak terhadap Hubungan AS dan China
Salah satu dampak paling signifikan dari Pemilu AS 2024 adalah bagaimana kebijakan terhadap China akan berkembang. China telah menjadi rival strategis AS dalam beberapa tahun terakhir. Dengan ketegangan yang semakin meningkat di bidang perdagangan, teknologi, dan militer. Pemerintah AS di bawah Biden telah mengambil sikap keras terhadap China, dengan memberlakukan tarif dan mengimplementasikan kebijakan yang membatasi akses perusahaan-perusahaan China ke teknologi canggih AS. Biden juga memperkuat aliansi dengan negara-negara Asia dan Eropa untuk menghadapi pengaruh China yang semakin besar.
Jika Trump atau kandidat Republik lainnya terpilih, kebijakan AS terhadap China kemungkinan akan semakin keras. Trump terkenal dengan pendekatan “America First”-nya yang menekankan perlindungan ekonomi domestik dan kebijakan perdagangan yang agresif. Hal ini bisa berujung pada eskalasi perang dagang antara kedua negara, serta kebijakan luar negeri yang lebih berbasis pada kompetisi geopolitik dan ekonomi, alih-alih kerja sama.
baca juga : Menjelajahi keindahan Lombok surga tersembunyi di timur Bali
Impak terhadap Kebijakan Ukraina dan Eropa
Di Eropa, perang Rusia di Ukraina menjadi isu yang sangat penting. Pemilu AS 2024 akan menentukan sejauh mana AS akan terus mendukung Ukraina dalam menghadapi agresi Rusia. Presiden Biden telah memberikan dukungan besar kepada Ukraina, baik dalam bentuk bantuan militer, ekonomi, maupun diplomatik. Komitmen ini juga didorong oleh keinginan untuk menjaga stabilitas Eropa dan mencegah Rusia memperluas pengaruhnya di wilayah tersebut.
Namun, jika kandidat dari Partai Republik terpilih, kemungkinan kebijakan AS terhadap Ukraina bisa berubah. Beberapa tokoh Republik, seperti Trump, mengkritik tingkat bantuan militer AS kepada Ukraina dan cenderung lebih memilih pendekatan yang lebih pragmatis. Berfokus pada negosiasi langsung dan mengurangi keterlibatan langsung AS dalam konflik tersebut. Kebijakan ini bisa mengubah dinamika aliansi internasional dan merusak solidaritas NATO dalam menghadapi ancaman dari Rusia.
Perubahan Kebijakan terhadap Perubahan Iklim dan Kerjasama Internasional
Perubahan iklim telah menjadi isu global yang semakin mendesak. Di bawah pemerintahan Biden, AS kembali bergabung dengan Perjanjian Paris dan mengambil langkah-langkah signifikan untuk mengurangi emisi karbon domestik. Biden juga mendorong inisiatif global untuk mempercepat transisi energi bersih dan mendukung negara-negara berkembang dalam upaya mitigasi perubahan iklim.
Jika Trump atau kandidat Republik lainnya terpilih, kebijakan AS terhadap perubahan iklim kemungkinan akan kembali bergeser. Trump dikenal dengan kebijakan yang pro-industri fosil dan seringkali meragukan konsensus ilmiah mengenai perubahan iklim. Kebijakan seperti ini bisa berdampak buruk terhadap kerjasama internasional dalam mengatasi krisis iklim, serta mengurangi kredibilitas AS dalam perundingan global mengenai lingkungan.
Kebijakan Luar Negeri AS di Dunia Islam dan Timur Tengah
Dengan Kebijakan luar negeri AS di Timur Tengah dan dunia Islam juga akan pengaruhi oleh hasil Pemilu 2024. Pada era pemerintahan Biden, AS kembali memperkuat aliansi dengan negara-negara sekutu di kawasan Teluk, seperti Arab Saudi dan Uni Emirat Arab, namun tetap menyoroti isu hak asasi manusia. Selain itu, Biden juga berusaha memulihkan kesepakatan nuklir Iran yang tercatat sukses pada masa pemerintahan Obama.
Jika Partai Republik kembali memimpin, kebijakan AS terhadap Iran kemungkinan akan lebih tegas, dengan tekanan maksimal yang lebih kuat untuk menghentikan program nuklir Iran. Selain itu, hubungan dengan Israel dan negara-negara Teluk mungkin akan lebih mempererat melalui kebijakan yang lebih mendukung aliansi strategis di kawasan tersebut.